Tak terasa, perlahan tumbuh uban sehelai demi sehelai di rimbunnya rambutku ini.
Sepertinya beberapa tahun yang lalu, aku hanya seorang anak SMA. Bahkan beberapa tahun sebelumnya hanyalah seorang anak SD yang masih ingusan. Yang tiap hari di benaknya hanyalah memikirkan main dan main. "Hari ini pengen main gundu, besok main benteng ah, besoknya lagi ngebolang bareng teman-teman." Begitulah, saat diriku masih SD.
.
Namun, kini aku telah memiliki anak SD yang nyatanya sudah menginjak kelas 5. Ubanku pun perlahan tumbuh helai demi helai.
.
Oh waktu, cepat sekali rasanya kau meninggalkan masa kecil dan era remajaku. Seingatku, kemarin kita baru saja bercengkrama di kubangan lumpur kenangan, kita saling lempar lumpur penuh canda dan tawa. Indah nian masa itu.
.
Mungkin saja hari ini ubanku hanya tumbuh sehelai dua helai, anak-anakkupun mungkin masih kecil-kecil dan lucu. Tapi saat malam ini aku terlelap. Boleh jadi kala esok subuh kubuka mataku. Anak-anak ku sudah beranjak dewasa dan membangun istananya masing-masing.
.
Ah.. siapa sangka hari itu akan segera tiba, entah berapa puluh tahun lagi. Namun jangka puluhan tahun itu, saat terjadi hanya seperti hari-hari kemarin. Begitu singkat bak sekerlip mata.
.
Hari dimana tanpa inginku kaki bertambah menjadi tiga dengan tongkat kayu di depannya. Hari dimana setiap detiknya kulantunkan lagu kerinduan tuk bertemu Rabb semesta alam, sambil berkhayal cucu-cucuku datang menjenguk memeluk tubuh ringkihku. Oh waktu... Teramat singkat perkenalan kita ini.
.
Itulah mengapa keniscayaan waktu begitu apik digambarkan dalam untaian ayat suci Alquran surah Al-Ashr.
.
"Demi (waktu) asar;"
"Sungguh manusia amatlah merugi;"
"Kecuali orang-orang yang yakin (pada Allah) dan beramal sholeh;"
"Saling menasehatkan dalam kebenaran (islam) dan saling menasehati dalam kesabaran (kesabaran mendakwahkan islam, kesabaran dalam menunaikan perintah Allah, kesabaran dalam menjauhi larangan-nya.. serta kesabaran dalam menjalani takdir yang Allah telah gariskan;")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar